Saturday, November 17, 2018

cerpen "mimpi itu ada"

Mimpi Itu Ada

Bermula dari 3 orang sahabat yang masih duduk di bangku kelas 6 SD,mereka berjuang untuk  menggapai impiannya masing-masing.Alif seorang anak pengusaha yang tak pernah merasakan susahnya hidup,Ruby seorang atlet karate yang berprestasi namun di tentang oleh sang ayah,dan Ilman seorang anak supir keluarga Alif namun,terkenal jenius dan pantang menyerah.
Pagi hari suasana terasa hening di sebuah ruang makan yang hanya di isi oleh sang Ayah beserta anak tunggalnya.
Sang anak pun dengan penuh keraguan mencoba memulai percakapan dengan sang ayah.
“ Ayah ,Ruby sabtu lusa  mau minta ijin pergi ke Jakarta, Ruby mewakili sekolah untuk mengikuti turnamen nasional  karate”.
Seketika sang ayah menyimpan kembali ke meja sendok dan garpu yang ada di tangan nya. “ sudah ayah bilang berulang kali, kamu itu anak ayah satu-satunya, karate tidak cocok untukmu,kau akan jadi seorang pewaris perusahaan ayah,buat kamu menjadi atlet.”
 Ruby mengalami penolakan yang keras dari sang ayah, suasana yang tak terkendali membuat Ruby pergi meninggalkan sarapan yang belum ia sentuh sedikit pun.
Terlihat di luar rumah Ruby ada Alif dan Ilman yang sedang menunggu Ruby,awal dari rutinitas 3 sahabat ini adalah di mulai dari berangkat sekolah,belajar,bermain dan pulang sekolah bersama.
“ kenapa wajahmu murung sekali By?” Tanya Alif  yang merasa penasaran.
“ jangan bilang kalau ayah mu tidak mengijinkan mu lagi buat ikut lomba karate?” Tanya Ilman
“ itu benar,ayah ku menolak dengan sangat keras,habislah aku jika aku pergi ke Jakarta kali ini.”
“ yang benar saja Ruby perlombaan ini sudah sampai tingkat nasional, kesempatan seperti ini tak akan datang dua kali benar kan Ilman?”
“ Alif benar By, kita harus cari cara biar kamu bisa pergi kesana.” Sepanjang perjalanan menuju sekolah 3 sahabat itu tenggelam dalam sebuah pemikiran bagaimana caranya agar bisa membantu Ruby.
“ Tuan kita sudah sampai.” Tepukan suara  pak Yudi supir Alif yang tak lain adalah ayah dari Ilman.
Ke 3 sahabat itu pun turun dari mobil dan pergi menuju kelas bersama,tak terasa bel istirahat pun berbunyi, Ruby tampak mutung tak berselera untuk pergi ke kantin seperti kawan lainnya.
“ tiba-tiba nafsu makan ku hilang kita temenin Ruby disini aja ya Man.” Tukas Alif mencoba menghibur sahabtnya Ruby.
“ iya betul Lif, tenang aja ga ke kantin pun aku bawa camilan ko.” Ilman pun membuka tas camilan yang selalu ia bawa.
“ kalian memang sahabatku.”  Sendu Ruby sambil memeluk ke 2 sahabatnya.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, Ruby yang tak ikut pulang bersama Alif dan Ilman lebih memilih pergi kerluang latihan karate, dengan latihan Ruby berdalih akan membuatnya sedikit lebih tenang.
Dalam perjalanan pulang ketika menunggu jemputan Pak Yudi Alif terlihat merencanakan sesuatu dengan Ilman.
“ ini ga bisa dibiarin Man, kita harus bantu Ruby, Ruby udah latihan sangat keras untuk pertandingan lusa,oh iya Pak Ghani yang jadi pembimbing Ruby udah tau belum masalah ini?”
“ nah itu dia masalahnya Lif, pak Ghani kan jadi salah satu panitia di turnamen itu, beliau kemarin baru saja pergi ke Jakarta duluan, selama ini kan tiap pertandingan yang Ruby ikutin hanya di sekitar Sumedang dan Bandung saja, menskipun gak dijinin ayahnya, biasanya kita yang anter Ruby kan, masalahnya ini udah luar kota luar provinsi pula, siapa yang mau nganter coba Lif?”
“ ahhhh minta pak Yudi aja buat anter kita, kan beres.”
“ ya ampun Alif ga semudah itu juga kali, bapaku mana mau nganter anak orang jauh-jauh, ntar yang ada bapaku di pecat sama bapak mu Lif.”
“ benar juga ya,terus gimana dong Man?”
“ ga ada cara lain, jika ingin ambil resiko kita bertiga bisa naik bis buat pergi ke Jakarta.”
“ huahhhh gokil juga idemu Man, ok, kita anter Ruby ke Jakarta.”  
Alif dan Ilman sebagai sahabat berusaha membantu Ruby dengan nekat mengantar Ruby pergi ke Jakarta. Perjalanan dari Sumedang menuju Jakarta tidaklah mudah. Mereka bertiga pergi menyelinap di sabtu shubuh untuk naik bis keberangkatan yang pertama. Jarak rumah ketiganya yang tak terlalu jauh membantu mereka dalam aksinya kini.
“ Lif, Man ga akan ketauan kan? Aku takut nih.” Lirih Ruby
“ pokoknya kamu tenang aja ya,kita berdua bakalan temenin kamu buat pergi ke Jakarta.” Kata-kata semangat dan hangat dari Alif yang mencoba untuk memberi dukungan pada sahabatnya, membuat Ruby kembali bersemangat.
Awal perjalanan terlihat baik-baik saja ketika mereka mulai tiba di terminal Cileunyi ,namun kejadian demi kejadian mulai bermunculan sesaat setelah mereka mulai menaiki bis jurusan Garut-Lebak Bulus. Di tengah perjalanan Alif  mulai merasakan keanehan terjadi pada kulit tangan nya yang tiba-tiba muncul bintik-bintik merah seperti ruam.
“aduh gatel nih Man.”
“ ya ampun Lif badan kamu kok pada ruam ya?”
“ahhh tahu itu,yahhh alergi ku kambuh,man kamu bawa obat ku .?” Niat Alif yang ingin membantu sahabatnya Ruby kini malah berbalik membuat khawatir para sahabatnya.
Setibanya di sebuah rest area di daerah Bekasi Barat ke 3 sahabat itu memutuskan turun dari bis dan segera membawa Alif ke rumah sakit, Alif menyuruh Ruby untuk segera pergi ke tempat pertandingan ,tidak lupa Alif meminta Ilman untuk menemani Ruby dan membiarkannya sendiri di rumah sakit.
“ jangan khawatirin aku, kalian pergi aja ya, Man anterin ruby sampe selamet ya,janji?’.
“ siap tuan saya akan antarkan Ruby sampai tempat tujuan dengan selamat.” Dengan berat hati Ruby dan Ilman pergi meninggalkan alif di rumah sakit.
Ruby dan Ilman yang merasa bingung bagaimana cara mereka pergi ke tempat pertandingan ,akhirnya mereka memutuskan untuk naik kendaraan online dari Bekasi menuju daerah Jakarta Barat. Namun tanpa disadari malapetaka muncul, supir kendaraan online yang mereka tumpangi ternyata mempunyai niat yang jahat,sang pelaku mulai tergoda karena melihat Ruby dan Ilman yang masih di bawah umur,sang pelaku mulai merencanakan aksi jahat nya kepada 2 anak itu.
Ilman merasa curiga terhadap gelagat sang supir,kerana sedari tadi gps di hp nya menunjukkan bahwa lokasi perlombaan telah terlewati,Ilman memberitahu Ruby bahwa apapun yang terjadi Ruby harus tetap mengikuti perlombaan itu,dan Ilman berusaha untuk mengalihkan perhatian sang supir.
“ ada yang ga beres disini, apapun yang terjadi kamu harus tetep pergi By, aku akan mengalihkan perhatian supir,ok kamu bersiap!”
“ kamu gila Man ini tuh bahaya, nyawa kita terancamn, kita hadapi bareng-bareng.”
“ Ruby percaya deh sama aku, teman mu ini jenius,pokoknya kamu ikutin apa yang aku suruh ok!”.
Ternyata ide Ilman untuk mengalihkan perhatian sang supir adalah Ilman berpura-pura memuntahkan sesuatu dari mulutnya.
“ Pak pak tolong berhenti dulu pak,saya mau muntah.”
“ aduhh jangan muntah di mobil.”
 Sang sopir pun menepikan mobilnya ke pinggir jalan, disitulah rencana Ilman di mulai.
“ By setelah hitungan ke 3 kamu lari lalu cari mobil dan pergi ke arena.”
“ tapi Man? Aku gam au ninggalin kamu.”
“ pokoknya kamu harus pergi sekarang.” Ketika sang supir lengah dan Ilman berpura-pura telah membersihkan muntahannya, Ruby berlari keluar mobil.
“ Hey hey mau pergi kemana?….. sialan ….. sang supir pun terkejut ketika mendengan suara pintu mobil terbuka.
“ aihh bapa supir ini ternyata mudah sekali di bodohi ya.” Pekik Ilman
“ kurang ajar kalian, tak apa setidaknya masih ada satu lagi ,hahaha aku akan meminta uang tebusan yang banyak.”
“ hadeuhh bapa ini percaya diri sekali.”
“ diam kau anak kecil!”
Ruby berhasil kabur dari dalam mobil namun Ilman tidak berhasil kabur dan sang supir pergi melajukan mobilnya dengan cepat. Ruby merasa prustasi akankah ia pergi menolong temanya atau tetap mengikuti pertandingan Karate?
“ gimana ini,aku gak tau mesti gimana lagi ini.?tanang By teman-temannmu sudah berkorban,lebih baik aq cari taksi dan pergi ke arena pertandingan.”
Dengan berat hati Ruby memutuskan untu melanjutkan perjalanannya, tak lupa Ruby mengirim sebuah pesan pada ayahnya,meminta doa dan meminta maaf sebelum pergi bertanding.
Sesampainya di arena pertandingan,rupanya Pak Ghani sudah menunggu Ruby di pintu masuk dengan sangat khawatir.
“ kamu dari mana saja Ruby,pertandingan akan segera di mulai, ayo kita siap-siap ke belakang.”
Dengan penuh kecemasan Ruby mulai bertanding di babak penyisihan 1. Dan pertandingan  itu di menangkan oleh Ruby. Babak demi babak telah Ruby menangkan, kini tiba saatnya Ruby menyelesaikan pertandingannya di babak final melawan perwakilan siswa dari Nusa Tenggara Timur. Pertandingan yang berlangsung sengit akhirnya di menangkan oleh Ruby, dengan susah payah dan penuh lika-liku akhirnya hasil yang di dapat Ruby sangatlah memuaskan.
“ selamat Ruby kamu jadi juara nasional karate.” Ucapan selamat yang tulus di lontarkan oleh pak Ghani.
“ iya pak makasih.” Hati Ruby terasa hampa dan sedih ketika ceremony pemberian tophy juara ia tak melihat satu pun orang-orang yang dekat dengannya ada untuk melihat nya mengangkat piala.
Tak lama kemudian Ruby melihat sosok sahabatnya Ilman dan juga Alif yag sedang di kursi roda, tak lupa terlihat sosok berdasi dengan gagahnya memberi tepuk tangan penuh tatapan bangga, datang menghampiri Ruby.
“ kalian bagaimana bisa ada disini?” Tanya Ruby penuh heran.
“ aku kan sudah bilang sama kamu By temen mu ini sangat pintar,penculik mana ada yang berani,hahaha.”
“ aihh Ilman kamu bercanda saja, Hp ku dan Ilman memiliki system aplikasi dimana jika ada Sesutu yang mendesak di antara kami, maka kami akan mengirim tanda SOS , ketika Ilham mengirim sebuah tanda SOS, aku faham kalo Ilham sedang dalam bahaya, dan ternyata benar, Ilham di culik, lalu aku telpon polisi dan telpon ayahku, selesai deh,akhirnya kita berdua disini deh,hahaha.”
“ lalu bagaimana dengan ayah? Kenapa bisaada disini?”
“ ayah mendapat telpon dari ayahnya Alif, awalnya ayah marah tapi apa mau dikata,setelah mendapat penjelasan dari ayah Alif yang tak lain adalah sahabat ayah juga ,ayah sadar bahwa melarang mu melakukan sebuah mimpi yang kmau impikan selama ini sangatlah tidak adil, maafkan ayah Ruby. Kamu boleh menentukan sendiri apa yang mau kamu lakukan,raihlah mimpi dengan penuh keyakinan.”
“ ah makasih ayah .”  mereka semua berpelukan dengan penuh bahagia dan haru,

Pesan Moral
Mimpi itu adalah sebuah jalan dimana kita bisa mendapatkan tujuan hidup kita, tanpa mimpi sebuah hal besar tak mungkin bisa terwujud.



No comments:

Post a Comment