Mimpi Itu Ada
Bermula dari 3 orang sahabat yang masih duduk di
bangku kelas 6 SD,mereka berjuang untuk menggapai impiannya masing-masing.Alif seorang
anak pengusaha yang tak pernah merasakan susahnya hidup,Ruby seorang atlet
karate yang berprestasi namun di tentang oleh sang ayah,dan Ilman seorang anak
supir keluarga Alif namun,terkenal jenius dan pantang menyerah.
Pagi hari suasana terasa hening di sebuah ruang makan
yang hanya di isi oleh sang Ayah beserta anak tunggalnya.
Sang anak pun dengan penuh keraguan mencoba memulai
percakapan dengan sang ayah.
“ Ayah ,Ruby sabtu lusa mau minta ijin pergi ke Jakarta, Ruby mewakili
sekolah untuk mengikuti turnamen nasional
karate”.
Seketika sang ayah menyimpan kembali ke meja sendok
dan garpu yang ada di tangan nya. “ sudah ayah bilang berulang kali, kamu itu
anak ayah satu-satunya, karate tidak cocok untukmu,kau akan jadi seorang
pewaris perusahaan ayah,buat kamu menjadi atlet.”
Ruby mengalami
penolakan yang keras dari sang ayah, suasana yang tak terkendali membuat Ruby
pergi meninggalkan sarapan yang belum ia sentuh sedikit pun.
Terlihat di luar rumah Ruby ada Alif dan Ilman yang
sedang menunggu Ruby,awal dari rutinitas 3 sahabat ini adalah di mulai dari
berangkat sekolah,belajar,bermain dan pulang sekolah bersama.
“ kenapa wajahmu murung sekali By?” Tanya Alif yang merasa penasaran.
“ jangan bilang kalau ayah mu tidak mengijinkan mu
lagi buat ikut lomba karate?” Tanya Ilman
“ itu benar,ayah ku menolak dengan sangat
keras,habislah aku jika aku pergi ke Jakarta kali ini.”
“ yang benar saja Ruby perlombaan ini sudah sampai
tingkat nasional, kesempatan seperti ini tak akan datang dua kali benar kan
Ilman?”
“ Alif benar By, kita harus cari cara biar kamu bisa
pergi kesana.” Sepanjang perjalanan menuju sekolah 3 sahabat itu tenggelam
dalam sebuah pemikiran bagaimana caranya agar bisa membantu Ruby.
“ Tuan kita sudah sampai.” Tepukan suara pak Yudi supir Alif yang tak lain adalah ayah
dari Ilman.
Ke 3 sahabat itu pun turun dari mobil dan pergi menuju
kelas bersama,tak terasa bel istirahat pun berbunyi, Ruby tampak mutung tak
berselera untuk pergi ke kantin seperti kawan lainnya.
“ tiba-tiba nafsu makan ku hilang kita temenin Ruby
disini aja ya Man.” Tukas Alif mencoba menghibur sahabtnya Ruby.
“ iya betul Lif, tenang aja ga ke kantin pun aku bawa
camilan ko.” Ilman pun membuka tas camilan yang selalu ia bawa.
“ kalian memang sahabatku.” Sendu Ruby sambil memeluk ke 2 sahabatnya.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, Ruby yang tak ikut
pulang bersama Alif dan Ilman lebih memilih pergi kerluang latihan karate,
dengan latihan Ruby berdalih akan membuatnya sedikit lebih tenang.
Dalam perjalanan pulang ketika menunggu jemputan Pak
Yudi Alif terlihat merencanakan sesuatu dengan Ilman.
“ ini ga bisa dibiarin Man, kita harus bantu Ruby,
Ruby udah latihan sangat keras untuk pertandingan lusa,oh iya Pak Ghani yang
jadi pembimbing Ruby udah tau belum masalah ini?”
“ nah itu dia masalahnya Lif, pak Ghani kan jadi salah
satu panitia di turnamen itu, beliau kemarin baru saja pergi ke Jakarta duluan,
selama ini kan tiap pertandingan yang Ruby ikutin hanya di sekitar Sumedang dan
Bandung saja, menskipun gak dijinin ayahnya, biasanya kita yang anter Ruby kan,
masalahnya ini udah luar kota luar provinsi pula, siapa yang mau nganter coba
Lif?”
“ ahhhh minta pak Yudi aja buat anter kita, kan
beres.”
“ ya ampun Alif ga semudah itu juga kali, bapaku mana
mau nganter anak orang jauh-jauh, ntar yang ada bapaku di pecat sama bapak mu
Lif.”
“ benar juga ya,terus gimana dong Man?”
“ ga ada cara lain, jika ingin ambil resiko kita
bertiga bisa naik bis buat pergi ke Jakarta.”
“ huahhhh gokil juga idemu Man, ok, kita anter Ruby ke
Jakarta.”
Alif dan Ilman sebagai sahabat berusaha membantu Ruby
dengan nekat mengantar Ruby pergi ke Jakarta. Perjalanan dari Sumedang menuju
Jakarta tidaklah mudah. Mereka bertiga pergi menyelinap di sabtu shubuh untuk
naik bis keberangkatan yang pertama. Jarak rumah ketiganya yang tak terlalu jauh
membantu mereka dalam aksinya kini.
“ Lif, Man ga akan ketauan kan? Aku takut nih.” Lirih
Ruby
“ pokoknya kamu tenang aja ya,kita berdua bakalan
temenin kamu buat pergi ke Jakarta.” Kata-kata semangat dan hangat dari Alif
yang mencoba untuk memberi dukungan pada sahabatnya, membuat Ruby kembali
bersemangat.
Awal perjalanan terlihat baik-baik saja ketika mereka
mulai tiba di terminal Cileunyi ,namun kejadian demi kejadian mulai bermunculan
sesaat setelah mereka mulai menaiki bis jurusan Garut-Lebak Bulus. Di tengah
perjalanan Alif mulai merasakan keanehan
terjadi pada kulit tangan nya yang tiba-tiba muncul bintik-bintik merah seperti
ruam.
“aduh gatel nih Man.”
“ ya ampun Lif badan kamu kok pada ruam ya?”
“ahhh tahu itu,yahhh alergi ku kambuh,man kamu bawa
obat ku .?” Niat Alif yang ingin membantu sahabatnya Ruby kini malah berbalik
membuat khawatir para sahabatnya.
Setibanya di sebuah rest area di daerah Bekasi Barat
ke 3 sahabat itu memutuskan turun dari bis dan segera membawa Alif ke rumah sakit,
Alif menyuruh Ruby untuk segera pergi ke tempat pertandingan ,tidak lupa Alif
meminta Ilman untuk menemani Ruby dan membiarkannya sendiri di rumah sakit.
“ jangan khawatirin aku, kalian pergi aja ya, Man
anterin ruby sampe selamet ya,janji?’.
“ siap tuan saya akan antarkan Ruby sampai tempat
tujuan dengan selamat.” Dengan berat hati Ruby dan Ilman pergi meninggalkan
alif di rumah sakit.
Ruby dan Ilman yang merasa bingung bagaimana cara
mereka pergi ke tempat pertandingan ,akhirnya mereka memutuskan untuk naik
kendaraan online dari Bekasi menuju daerah Jakarta Barat. Namun tanpa disadari
malapetaka muncul, supir kendaraan online yang mereka tumpangi ternyata
mempunyai niat yang jahat,sang pelaku mulai tergoda karena melihat Ruby dan
Ilman yang masih di bawah umur,sang pelaku mulai merencanakan aksi jahat nya
kepada 2 anak itu.
Ilman merasa curiga terhadap gelagat sang supir,kerana
sedari tadi gps di hp nya menunjukkan bahwa lokasi perlombaan telah
terlewati,Ilman memberitahu Ruby bahwa apapun yang terjadi Ruby harus tetap
mengikuti perlombaan itu,dan Ilman berusaha untuk mengalihkan perhatian sang
supir.
“ ada yang ga beres disini, apapun yang terjadi kamu
harus tetep pergi By, aku akan mengalihkan perhatian supir,ok kamu bersiap!”
“ kamu gila Man ini tuh bahaya, nyawa kita terancamn,
kita hadapi bareng-bareng.”
“ Ruby percaya deh sama aku, teman mu ini jenius,pokoknya
kamu ikutin apa yang aku suruh ok!”.
Ternyata ide Ilman untuk mengalihkan perhatian sang
supir adalah Ilman berpura-pura memuntahkan sesuatu dari mulutnya.
“ Pak pak tolong berhenti dulu pak,saya mau muntah.”
“ aduhh jangan muntah di mobil.”
Sang sopir pun
menepikan mobilnya ke pinggir jalan, disitulah rencana Ilman di mulai.
“ By setelah hitungan ke 3 kamu lari lalu cari mobil
dan pergi ke arena.”
“ tapi Man? Aku gam au ninggalin kamu.”
“ pokoknya kamu harus pergi sekarang.” Ketika sang
supir lengah dan Ilman berpura-pura telah membersihkan muntahannya, Ruby
berlari keluar mobil.
“ Hey hey mau pergi kemana?….. sialan ….. sang supir
pun terkejut ketika mendengan suara pintu mobil terbuka.
“ aihh bapa supir ini ternyata mudah sekali di bodohi
ya.” Pekik Ilman
“ kurang ajar kalian, tak apa setidaknya masih ada
satu lagi ,hahaha aku akan meminta uang tebusan yang banyak.”
“ hadeuhh bapa ini percaya diri sekali.”
“ diam kau anak kecil!”
Ruby berhasil kabur dari dalam mobil namun Ilman tidak
berhasil kabur dan sang supir pergi melajukan mobilnya dengan cepat. Ruby
merasa prustasi akankah ia pergi menolong temanya atau tetap mengikuti
pertandingan Karate?
“ gimana ini,aku gak tau mesti gimana lagi ini.?tanang
By teman-temannmu sudah berkorban,lebih baik aq cari taksi dan pergi ke arena
pertandingan.”
Dengan berat hati Ruby memutuskan untu melanjutkan
perjalanannya, tak lupa Ruby mengirim sebuah pesan pada ayahnya,meminta doa dan
meminta maaf sebelum pergi bertanding.
Sesampainya di arena pertandingan,rupanya Pak Ghani
sudah menunggu Ruby di pintu masuk dengan sangat khawatir.
“ kamu dari mana saja Ruby,pertandingan akan segera di
mulai, ayo kita siap-siap ke belakang.”
Dengan penuh kecemasan Ruby mulai bertanding di babak
penyisihan 1. Dan pertandingan itu di
menangkan oleh Ruby. Babak demi babak telah Ruby menangkan, kini tiba saatnya
Ruby menyelesaikan pertandingannya di babak final melawan perwakilan siswa dari
Nusa Tenggara Timur. Pertandingan yang berlangsung sengit akhirnya di menangkan
oleh Ruby, dengan susah payah dan penuh lika-liku akhirnya hasil yang di dapat
Ruby sangatlah memuaskan.
“ selamat Ruby kamu jadi juara nasional karate.”
Ucapan selamat yang tulus di lontarkan oleh pak Ghani.
“ iya pak makasih.” Hati Ruby terasa hampa dan sedih
ketika ceremony pemberian tophy juara ia tak melihat satu pun orang-orang yang
dekat dengannya ada untuk melihat nya mengangkat piala.
Tak lama kemudian Ruby melihat sosok sahabatnya Ilman
dan juga Alif yag sedang di kursi roda, tak lupa terlihat sosok berdasi dengan
gagahnya memberi tepuk tangan penuh tatapan bangga, datang menghampiri Ruby.
“ kalian bagaimana bisa ada disini?” Tanya Ruby penuh
heran.
“ aku kan sudah bilang sama kamu By temen mu ini
sangat pintar,penculik mana ada yang berani,hahaha.”
“ aihh Ilman kamu bercanda saja, Hp ku dan Ilman
memiliki system aplikasi dimana jika ada Sesutu yang mendesak di antara kami,
maka kami akan mengirim tanda SOS , ketika Ilham mengirim sebuah tanda SOS, aku
faham kalo Ilham sedang dalam bahaya, dan ternyata benar, Ilham di culik, lalu
aku telpon polisi dan telpon ayahku, selesai deh,akhirnya kita berdua disini
deh,hahaha.”
“ lalu bagaimana dengan ayah? Kenapa bisaada disini?”
“ ayah mendapat telpon dari ayahnya Alif, awalnya ayah
marah tapi apa mau dikata,setelah mendapat penjelasan dari ayah Alif yang tak
lain adalah sahabat ayah juga ,ayah sadar bahwa melarang mu melakukan sebuah
mimpi yang kmau impikan selama ini sangatlah tidak adil, maafkan ayah Ruby.
Kamu boleh menentukan sendiri apa yang mau kamu lakukan,raihlah mimpi dengan
penuh keyakinan.”
“ ah makasih ayah .”
mereka semua berpelukan dengan penuh bahagia dan haru,
Pesan Moral
Mimpi itu adalah sebuah jalan dimana kita bisa
mendapatkan tujuan hidup kita, tanpa mimpi sebuah hal besar tak mungkin bisa
terwujud.
No comments:
Post a Comment